JPIC Sebagai DNA Panggilan Hidup Kapusin
P. Benedict Ayodi OFMCap saat menyajikan materi kepada para animator JPIC Ordo Kapusin se-Asia Pasifik. Pada pertemuan JPIC PACC yang ...

https://jpic.kapusin-nias.org/2016/07/jpic-sebagai-dna-panggilan-hidup-kapusin.html
![]() |
P. Benedict Ayodi OFMCap saat menyajikan materi kepada para animator JPIC Ordo Kapusin se-Asia Pasifik. |
Pada pertemuan JPIC PACC yang dilaksanakan di rumah retret Tirta Ria, Pontianak (25/7/2016), Ketua JPIC Ordo Kapusin seluruh dunia, P. Benedict Ayodi OFMCap menjelaskan apa itu JPIC. Pastor yang berasal dari Negara Kenya itu mengungkapkan bahwa JPIC adalah suatu cara hidup (a way of life). Dia bahkan mengatakan bahwa JPIC adalah DNA (sel atau molekul inti) dalam hidup kita sendiri. Artinya bahwa KPKC merupakan hakekat panggilan hidup kita. Seluruh hidup kita dan karya yang kita laksanakan hendaknya dilihat dalam perspektif harmoni dengan diri sendiri, alam, sesama dan Tuhan. Untuk mencapai harmoni itu kita dipanggil untuk mengerjakan 'proyek' besar bagi kemanusiaan, yaitu membangun perdamaian, memperjuangkan hak azasi manusia, memelihara alam dan membangun kehidupan yang bermartabat bagi semua orang.
Oleh sebab itu dalam melaksanakan karya JPIC ini, para saudara berperan sebagai animator, bukan sebagai aktivis. Bila aktivis lebih memberikan tekanan pada aksi, maka seorang animator tidak hanya pada aksi tetapi juga dibarengi dengan animasi atau pemberdayaan. Agar bisa melaksanakan hal tersebut, maka kita sebagai Fransiskan Kapusin harus memiliki hati yang sensitif atau peka terhadap realita yang ada di sekitar kita. Sensitivitas itu hanya dapat muncul bila kita mau membuka mata terhadap realita itu sendiri. Berdasarkan hati yang peka dan mata yang terbuka itulah kemudian kita dapat mengetahui bagaimana harus mengulurkan tangan belaskasih kepada orang-orang miskin dan terpinggirkan serta alam semesta.
Menurut Benedict Ayodi, metode kerja yang digunakan untuk karya JPIC adalah melihat, menilai dan beraksi. Melihat maksudnya ialah mengamati dan menganalisa kenyataan yang sedang terjadi. Berbagai realita yang terjadi di depan mata dinilai dalam terang Sabda Allah, ajaran Gereja dan spiritualitas Fransiskan Kapusin. Berdasarkan itu kita bertindak atau beraksi secara transformatif dan injili.
Oleh sebab itu dalam melaksanakan karya JPIC ini, para saudara berperan sebagai animator, bukan sebagai aktivis. Bila aktivis lebih memberikan tekanan pada aksi, maka seorang animator tidak hanya pada aksi tetapi juga dibarengi dengan animasi atau pemberdayaan. Agar bisa melaksanakan hal tersebut, maka kita sebagai Fransiskan Kapusin harus memiliki hati yang sensitif atau peka terhadap realita yang ada di sekitar kita. Sensitivitas itu hanya dapat muncul bila kita mau membuka mata terhadap realita itu sendiri. Berdasarkan hati yang peka dan mata yang terbuka itulah kemudian kita dapat mengetahui bagaimana harus mengulurkan tangan belaskasih kepada orang-orang miskin dan terpinggirkan serta alam semesta.
Menurut Benedict Ayodi, metode kerja yang digunakan untuk karya JPIC adalah melihat, menilai dan beraksi. Melihat maksudnya ialah mengamati dan menganalisa kenyataan yang sedang terjadi. Berbagai realita yang terjadi di depan mata dinilai dalam terang Sabda Allah, ajaran Gereja dan spiritualitas Fransiskan Kapusin. Berdasarkan itu kita bertindak atau beraksi secara transformatif dan injili.